Rabu, 30 Desember 2015

Enterprenuer Kog Pikiran Negatif

Sebuah percakapan seorang mahasiswa yg ingin jadi Enterprenuer dg seorang bisnisman...Sebut saja sang mahasiswa namanya Tiro dan sang bisnisman adalah Setia

Tiro:  "Assalamualaikum...selamat pagi pak.. "
Pak, susah juga cari customer !!. Kebanyakan nggantung pak.. Uda coba sana sini.."
Setia: "Waalaikum salam wr wb... pagi juga... tenang cak..jangan nyari customer...tapi belajar presentasi dan cerita tentang program ini....gagal satu masih ada sejuta kali usaha...hehhehhe kapan bisa ketemu, kita ngobrol2....."

Tiro : "He he iya pak. Presentasi juga sih. Ini masih Persiapan UAS pak !"
Setia: "Cek postingan  www.setyawanroses.blogspot.com,ya..!"

Tiro: "Iya sudah saya baca pak..he... he "
Setia: "Nah gitu salah satu cara kerjanya..dimanapun kapanpun bisa kog..!"

Tiro: "Iya mungkin kalau seperti anda mudah karena dilihat dari penampilan anda sendiri sudah bisa dipercayai ".. Laa seperti saya mikirnya nasabah "ah masih anak anak, apa iya" takutnya nasabah hanya berfikir seperti itu, Mungkin cuma ini lah itu lah...!"
Setia: "Pernah baca buku Merry Riana sejuta suluh... dia mahasiswa spt sampeyan cak..!"
Tiro: "Tau ,tapi belum pernah baca pak..!"

Setia: "Yg memunculkan fikiran "Ah apa iya masih anak2 !" sebenarnya siapa customer atau sampeyan sendiri?
Yg memunculkan ketakutan2 buruk sebenarnya siapa? Kan hanya di kepala kita sendiri..!"
Tiro:  "Mungkin saya, tapi tidak menutup kemungkinan customer seperti itu... Iya. Keoptimisan saya diserang sama keragu raguan seseorang terhadap saya..."

Setia : "Berapa kali mencoba berapa kali orang lain mengatakan demikian?
"Bayangkan kalo kita mau jadi enterprenuership sukses tapi sudah membunuh kesuksesan kita sendiri diawal dg pikiran kita !"
"Pak Arie mulai dari 19 tahun dan bukan mahasiswa.. masih inget bukan?
"Saya mulai jualan gula jawa diusia 20 dari orang2 ke orang.."
"Kemudian saya jualan produk tabungan bank dari usia 21 tahun.. tanpa ada yg membekali produk knowledge sama sekali !"
Tiro: "Iya pak terimakasih masukan dan motivasinya. Semangat jadinya !"

Setia : "Percayalah cak.. lakukan saja dg fun...seperti nama sampeyan.."Tiro Fani"..hehhehe toh kalo nggak diterima customer, nggak bakalan dibunuh kan...hehehehhe..."
Tiro:  "Heheheee iya pak.. Bermula dengan keyakinan !.... Betul nggak pak? he..hee"

Setia: "Setuju banget... wis gini saja..kapan ada rencana sosialisasi nanti saya dampingi... ok cak..!"
 Tiro: "Hee saya belum sepenuhnya bisa, Mungkin dalam penyampaian kurang pas atau apa."
"Saya belum menguasai betul...

Setia: "Nggak papa, nanti lihat cara saya bicara.. setelah itu jika ketemu orang lagi nanti gantian sampeyan yg bicara..ok cak !"
  
Tiro : "Iya.. Kalau bisa direkam pak...!?"
Setia:  "Hehehe....
"Oh ya, nanti januari besok sampeyan dan teman2 akan saya ajak join di acara lomba menggambar anak di Sidoarjo.. nanti bareng2 saja berangkatnya..kan fun itu nanti!"

Tiro: "Disana ngapain agendanya pak?"
Laa nggak ada kendaraan pak kami..!"
Setia: "Nanti kita ngasih sosialisasi program pendidikan ke orang tua yg antar anaknya lomba..!"
"Berangkatnya pake mobil kita semua, nanti kumpul dimana kita jemput"

Tiro: "Insya Allah ya Pak Kita sukses...!"
Setia: "Aminnnn !"

Moral dari percakapan itu adalah :
1. Ketidakmampuan itu justru muncul dari diri kita sendiri bukan orang lain...
2. Pikiran negatif kita sendiri yg seringkali menjatuhkan diri kita sendiri
3. Menjadi leader adalah bisa bicara, bisa menjalankan dan mau membimbing..
Ada yg mau nambahin..ayo monggo aja..

Salam, semoga bisa menjadi resolusi 2016 dan selalu sukses untuk semua keluarga & sahabat-sahabatku tercinta.

*Percakapan ini adalah interaksi nyata antara penulis dengan seorang mahasiswa yg sedang di bimbing untuk menjadi enterprenuer

Jumat, 13 November 2015

SAATNYA BAGI ORANG TUA UNTUK MENGATAKAN......

ANAKKU BISA SEKOLAH TERBAIK & 
         BIAYA SELALU ADA KAPANPUN !
Dan APAPUN KONDISI Ku 

CONTACT ME : SETYAWAN
:: setyawanroses@gmail.com
:: 08122789402 - 082122027171

Minggu, 01 November 2015

Jurus Kesuksesan Ratu Asuransi Ida Kuraeny

  • Jurus Kesuksesan Ratu Agent Asuransi Ida Kuraeny

Ida Kuraeny, profesional agent PT. Asuransi Jiwa Sewu New York Life (kini berganti nama menjadi Sequislife: red), bisa dibilang “ratunya” jagad asuransi Indonesia. Betapa tidak? Cukup berbekal pendidikan formal SMKK, dan sejumlah program ekstensi, Ida melejit sebagai penjual asuransi terbaik di negeri ini. Sejak tahun 1997 hingga 2001 lalu, Ida selalu masuk kualifikasi MDRT (Million Dollar Round Table). Tahun 1999 ia mencapai posisi Top of the Table. Sebuah posisi prestisius di antara para anggota MDRT lainnya. Tahun 1998, ia meraih penghargaan sebagai Top Agent of the Year. Dan tahun 2000 dan 2003 ia meraih Top Agent Award versi Dewan Asuransi Indonesia (DAI) kategori Best Senior Productive Producer. Terlalu panjang jika disebutkan semua pernghargaan yang diraihnya.

Menekuni asuransi sejak usia 24 tahun, Ida menganggapnya sebagai profesi “kecelakaan”. “Tidak ada seorang agen pun, di asuransi ini, yang awalnya bercita-cita menjadi agen,” kenang Ida, kelahiran Surabaya, 13 Agustus 1969. Keluarga tidak mendukung karena cerita-cerita miring di profesi ini. Syukur, sang suami malah paling semangat mendukungnya. Namun, keputusan “mantan” pegiat MLM dan sales door to door ini tidak salah. Ia menemukan jati diri bisnisnya di asuransi.
Dengan prinsip learning by doing, Ida membuktikan profesinya sangat layak diperhitungkan. Bahkan patut jadi kebanggaan. Ida berhasil menjual premi rata-rata per tahun di atas Rp500 juta. Kini ia memiliki lebih dari 600 nasabah. Khusus tahun 2001 lalu, total penghasilan dari komisi tahun berjalan, komisi tahun sebelumnya, berbagai bonus, dan renewel business, bisa mencapai di atas Rp500 juta!
Bukan itu saja! Kepiawaian di bidang asuransi –yang ditimbanya dari pengalaman– telah melahirkan lembaga konsultan marketing bernama Ida Kuraeny & Associates yang berkantor di Lt.37 Wisma GKBI, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Pusat. Sebuah lembaga yang memberikan pelayanan public speaking bidang asuransi, marketing, customer service, dan management skills. Dengan lembaga itu, Ida ingin supaya ketika orang bicara asuransi, mereka ingat namanya. Tentu saja impian itu makin menjadi kenyataan setelah Ida berhasil menyelesaikan bukunya tentang seluk beluk profesi agen asuransi yang berjudul Membuat Impian Menjadi Kenyataan (Gramedia, 2003).
“Saya dulu sering perhatikan orang-orang di sekeliling Sudirman, di mal-mal, di café-café. Keren-keren bajunya…bawa mobil mewah. Kapan ya bisa seperti itu? Saya bayangkan kalau bisa seperti mereka. Itu memotivasi diri saya,” kenang Ida. Dan mimpi ibu dari Oto, Ony, Sela, dan Ridho ini kesampaian sudah. Berikut petikan wawancara Edy Zaqeus dengan Ida Kuraeny di kantornya di Jakarta Selatan.
Bagaimana awal ceritanya Anda bisa nyemplung di bisnis asuransi?
Tidak ada seorang agen pun, yang awalnya bercita-cita menjadi agen asuransi. Nggak ada. Accident. Kita tahu kan profesi agen asuransi itu paling tidak diminati, paling ditakuti, atau pilihan terakhir. Bahkan keluarga awalnya sama sekali tidak mendukung. Padahal, menjual asuransi yang kita dekati kan keluarga dulu, seperti di MLM. Dengan kondisi seperti itu saya tertantang. Tapi karena waktu itu leader saya kurang memperhatikan, tahun 1991 saya hanya bertahan tiga bulan di asuransi Universal Lifeindo dari Philipina dan partner Indonesianya dari Gunung Sewu Kencana. Tahun 1992 mereka diakuisisi New York Life International, saya kembali masuk tahun 1994. Tahun itu keputusan saya bulat. Dari situlah saya mulai menjadi agen.
Apa yang dilakukan seorang agen asuransi?
Sebenarnya sama dengan MLM. Kalau MLM produk dalam bentuk barang, kalau saya bentuknya kertas jaminan masa depan. Sifatnya abstrak. Butuh kemampuan luar biasa untuk meyakinkan mereka supaya membeli produk asuransi. Seperti di industri MLM, pertama kita harus mengumpulkan bank nama. Investasi atau aset terbesar kita ada di bank nama itu. Di asuransi minimal kita punya 100 bank nama. Dari 100 nama itu kita kembangkan, diklasifikasikan mana yang potensial membeli asuransi.
Dulu saya berawal dari pasar-pasar kecil. Karena saya bukan anak orang kaya. Mau nawari direktur, ya saat itu nggak punya nyali. Yang membuat saya surprais sampai hari ini adalah, dari pasar yang kecil-kecil, saya berubah jadi (mempunyai) pasar besar. Orang-orang di perusahaan mengenal saya sebagai agen kelas teri. Tapi kecil-kecil beratnya bisa satu ton ha ha ha… Saya bisa menjual 100 polis dalam satu tahun, secara konsisten tiga tahun berturut-turut.
Bagaimana dari agen kelas teri jadi ke pangsa pasar yang besar?
Karena saya merawat after sales service. Komisi di asuransi besar, kan? Kita tahu komisinya 30%, ditambah bonus-bonus kalau kita mencapai level tertentu. Dengan komisi tadi saya alokasikan sebagian untuk biaya servis. Hal itu jarang dilakukan oleh agen lain. Saya punya moto, masa depan saya merupakan investasi saya hari ini. Sebagai agen kita tidak punya bos, bisnis sendiri, wirausaha mandiri. Kita itu entrepreneur. Berarti harus punya modal. Modalnya apa? Yaitu tadi bagaimana maintenance klien saya after sales service. Contohnya kartu ucapan edisi khusus untuk para nasabah. Saya juga kerjasama dengan tukang bunga, tukang kue, tukang balon untuk saya kirim kepada mereka.
Mengapa nyemplung di asuransi?
Waktu saya keluar, suami saya tetap menekuni asuransi. Setelah di resepsionis saya kan di marketing, deal dengan orang-orang lain. Sehari punya target ketemu delapan customer, delapan tempat. Lalu suami menyarankan, ‘Dengan ketemu delapan orang sehari, kenapa tidak di asuransi? Uangnya lebih gedhe?’. Di marketing saya dapat semua fasilitas. Hanya saja orang umumnya agak sulit melepaskan kenyamanan kan? Tapi dengan kepercayaan ketemu jumlah orang yang sama, uang akan lebih besar, saya bilang saya mau dapat yang lebih besar lagi!
Lalu saya mulai di asuransi dari nol. Saya lebih memilih ke professional agent. Saya tidak memilih di manajemen, karena kalau di manajemen berarti saya employee tidak beda dengan yang dulu. Sebagai professional agent pendapatannya tidak terbatas. Yang saya lihat fleksibel waktu dan fleksibel income.
Bagaimana cara memprospek orang-orang atas?
Menghadapi prospek seorang direktur pun, saya harus punya posisi selevel dengan dia. Dalam arti income ya…. Kalau kepintaran mungkin dia lebih pintar di bidangnya. Tapi bidang asuransi, sayalah ahlinya. Itu harus diciptakan! Supaya calon prospek melihat, ‘Oh ya, saya nggak salah orang nih’. Self confidence kita harus dibentuk dengan bantuan performance tentunya, skill, attitude, dan pola pikir. Dia akan melihat apakah ‘Orang ini layak nggak berbisnis dengan saya’.
Pada dasarnya kita mencari kesamaan, kan? Baru kita bisa in di situ. Sekarang saya lebih banyak ke pengusaha. Berarti pola pikir saya harus sama dengan seorang pengusaha. Misalnya, apa saja sih yang mereka pikirkan? Bicara masa depan, masalah karyawan. Saya sekarang lebih suka jual pada owner perusahaan. Sekali kerja saya bisa dapat polis di atas sepuluh. Yang saya incar karyawannya, makanya saya harus berpola pikir sebagai owner. Begitu ketemu bikin janji, kita nyambung.
Makanya tergantung pasarnya. Bahasa saya menyesuaikan. Jadi mereka bisa melihat ‘Eh, gaya bahasanya sama dengan saya’. Saya terbiasa menyamakan logat dengan calon prospek. Saya ketemu orang Jawa saya ikuti logatnya, ketemu orang Sunda saya bahasa Sunda. Senang mereka. Itu bermanfaat sekali karena suasana pembicaraan jadi alami. Jadi saya harus menyamakan kedudukan saya dulu.
Dari mana Anda belajar teknik-teknik seperti itu?
Learning by doing. Dengan saya sering ketemu orang, lama kelamaan saya tahu karakter orang. Belajar dengan sendirinya. Baca juga, itu informasi paling murah dan cepat. Saya bukan lulusan S-1, S-2, MBA bukan…. SMA saja. Mereka yang punya titel lebih tinggi itu pasti lebih pintar dari saya seharusnya.
Ketrampilan-ketrampilan dasar apa yang mesti dimiliki seorang agen asuransi?
Sederhana. Etiket nomor satu, karena itu yang menjembatani kita bisa bicara lebih dalam. Kalau kesan pertama tidak mengenakkan, apa akan terjadi pertemuan kedua? Etiket adalah tata krama, tata bahasa, intonasi suara, gaya bahasa, itu mempengaruhi. Gaya bahasa menunjukkan intelektualitas kita, kan? Gaya bahasa dan kepandaian berkomunikasi menentukan.
Harus punya ketrampilan membaca situasi. Saya harus bisa analisis. Dari suara pun bisa. Performance. Kita harus bisa menempatkan diri dengan siapa yang akan kita temui. Saya harus menyesuaikan. Kita juga perlu tahu asuransi dipandang dari sudut agama, dari segi hukum, segi ekonomi, sosial, psikologi. Saya ndak harus sekolah dulu di UI ambil semua jurusan ha ha ha… Ndak mungkin, kan? Belajar sambil jalan. Baca sambil ketemu orang dan menganalisa.
Saat bertemu prospek pertama kali, biasanya apa yang ditawarkan?
Awalnya –saat tidak berhasil—saya langsung tabrak lari. Artinya, begitu dapat janji ketemu, saya datang dengan proposal. Ndak peduli perasaan cocok apa ndak, main tembak aja, Rp100 juta uang pertanggungan bayar premi Rp12 juta. Orang shock! Jadi kegagalan itu saya analisis. Saya harus tahu dulu masa depan dia. Saya bertindak sebagai seorang konsultan. Bukan sebagai penjual asuransi. Konsultan memberikan solusi, bukan memberi produk langsung. Jadi fact finding dulu, orang ini ke mana arah hidupnya. Harus banyak bertanya dan banyak mendengar.
Di situ kuncinya. Kita akan bisa mengarahkan. Bagaimana tekniknya, ya banyak belajar dan bertemu orang setiap hari. Di perusahaan kami, standar ketemu dua orang sehari, saya lebihkan empat. Rasionya ketemu sepuluh, baru satu closing (yang mau beli: red). Itu bagi yang baru bergabung. Seperti saya sekarang, sekali ketemu bisa closing dengan uang pertanggungan cukup besar.
Saat bertemu prospek, jangan bersikap seperti hakim yang mendakwa kliennya. Mereka tidak akan senang. Kuncinya, saat ingin dapat informasi, berilah informasi tentang diri kita dulu. Kreatifitas harus tinggi. Insting dan ketajaman harus bisa menyesuaikan dengan situasi.
Pernah mengalami kesulitan dalam memrospek?
Pada saat bertemu dengan orang yang sudah kaya, sulit sekali mengambil uang mereka. Sulit meyakinkan bahwa dia tetap butuh asuransi. Duitnya nggak bakalan habis, bagaimana? Dari segi agama sudah ndak mempan, ekonomi apa lagi? Lalu dari mana lagi? Saya singgung dari segi egonya, psikologinya. Saya sangat percaya bisnis dia tidak habis untuk tujuh turunan. Tapi saya juga yakin dalam kondisi sudah di puncak tertinggi, dia butuh pengakuan secara sosial-ekonomi. Butuh aktualisasi diri, masuk ke lingkungan badan sosial, ke yayasan-yayasan. Kan banyak yayasan-yayasan sosial sebagai bentuk aktualisasi diri, supaya seseorang dihargai masyarakat luas? Nah, saya masuk dari situ. Mereka bisa memberi dana abadi kepada yayasan. Kita dibenarkan memberikan santunan kematian dengan ahli waris berbentuk yayasan.
Pengalaman “menyedihkan” ada?
Ada! Saya dimarahin. Kalau Anda pernah ditolak asuransi (karena hasil medical check-up: red), masuk ke asuransi lain lebih sulit. Boleh dibilang 90% tidak diterima lagi. Kecuali, asuransi itu main-main, atau ada data-data yang disembunyikan. Pada waktu ditolak, tidak semua orang siap. Akhirnya nasabah tadi marah.
Bagaimana menaklukkan prospek yang sudah ikut asuransi atau banyak alasan penolakan?
Diskusikan kembali, karena asuransi banyak jenisnya. “Kalau Bapak sudah beli, saya malah senang hati. Berarti saya tidak ketemu orang yang salah!” Kenapa? Karena mereka jelas lebih mengerti dong. Saya tidak perlu menerangkan dari awal sekali. “Saya sudah banyak lho asuransinya..” Tidak selalu, kalau prospek ada masalah, langsung saya jawab. Capek kalau begitu. Saya analisis dulu, apakah ini benar-benar masalah, objections, atau sekedar kepura-puraan untuk menolak. Saya selalu bilang, “Kalau saya bisa menjawab semua keberatan Bapak, Bapak mau beli asuransi dari saya…?” Saya tantang begitu.
Perbedaanya orang Indonesia dengan orang Amerika kalau beli asuransi; orang Indonesia…”Ida, berapa nanti yang bakal gue terima? Duit gue bakal berapa 15 tahun kemudian?” Kalau orang Amerika, yang sudah mengenal asuransi..”Nanti yang akan diterima keluargaku berapa?” Beda, kan? Satu buat ‘keluarga’, satu buat ‘saya’… ego, kan?
Solusinya apa?
Ajaklah prospek diskusi dulu. Tidak ada ikatan membeli, kan? Tidak ada maksud menggurui. Kalau agen kreatif, dia bisa mengubah prospek yang semula sekadar ingin tahu, berubah jadi pembeli. Tugas kita hanya menjelaskan. Di asuransi jiwa itu yang diasuransikan adalah nilai ekonomi kita pengertiannya, bukan jiwanya. Kalau meninggal, tidak bekerja, income hilang dong. Jadi yang diasuransikan incomenya, bukan jiwanya. Saya harus tahu financial commitment prospek. Saya harus tahu income dan pengeluarannya, karena saya seorang konsultan, bukan penjual. Kebanyakan agen kita menjual secara umum saja. Nasabah beli Rp.1-10 juta sudah cukup. Dianggap sudah besar oleh seorang agen. Ini kejadian, saya gali lagi nasabah itu, dia bisa beli Rp100 juta!
Berapa waktu Anda alokasikan untuk setiap prospek?
Tergantung, ya. Di industri kita pada dasarnya kalau ada buying signal (tanda-tanda membeli) baru akan terjadi penjualan. Tanda-tanda itu harus kita ciptakan dulu. Itu mempercepat proses. Buying signal itu antara lain begini; ”Ya, udah deh, kamu datang dulu ke tempatku, jelaskan 15 menit saja!” Kedua, dia banyak bertanya detailnya. “Kalau ada perang bagaimana?”, “Kalau saya pindah ke luar negeri bagaimana?” Kita harus ciptakan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke buying signal.
Pengalaman paling menyenangkan di bisnis ini?
Wow….kalau dapat cash besar! Satu keluarga beli Rp600 juta premi dalam waktu dua tahun. Padahal waktu itu rekor tertingginya di tahun 1998, sekali beli adalah Rp250 juta. Jadi boleh dibilang Allah mengijinkan… Pada waktu krisis penjualan saya meningkat. Tahun 1998 itu saya yang pertama memecahkan rekor Rp1 milyar untuk perusahaan saya. Rekor perusahaan sejak 1992 baru terpecahkan tahun 1998 oleh saya. Secara nasional itu rekor kedua, karena yang pertama dipecahkan oleh AIA Rp1 milyar di tahun 1997. Saya baru bisa pecahkan tahun 1998. Saya the Best Agent tahun 1999 di perusahaan. Sekarang untuk the Best Agent harus menjual Rp2,5 milyar setahun.
Apakah Anda punya target-target dalam bisnis ini?
Tahun 2000 saya dapat penghargaan sebagai Top Agent Award kategori Best Senior Productive Producer (Peringkat I) dari DAI. Saya berprinsip harus punya peringkat di DAI. Itu prestisius nasional. Tapi yang lebih prestisius lagi adalah anggota MDRT yang anggotanya para agen seluruh dunia. Ada tiga katagori MDRT; biasa, Court of Table, dan Top of the Table. Untuk jadi Top of the Table, dia harus punya kualifikasi penjualan enam kalinya MDRT biasa. Untuk MDRT biasa tahun 2001, dia harus menjual Rp439 juta premi. Saya sudah lima kali berturut-turut kualifikasi MDRT. Di Indonesia (sampai 2002: red), kurang dari delapan orang dengan kualifikasi MDRT lima kali berturut-turut. Tahun 2001 adalah MDRT keenam saya berturut-turut. Mimpi saya adalah menjadi MDRT seumur hidup. Kedua, bisa sepuluh kali berturut-turut. Enam kali sudah, itu rekor di Indonesia (data terakhir hingga 2004, Ida sudah meraih kualifikasi MDRT 10 kali: red).
Mimpi lainnya?
Mimpi lain saya menjadi (public) speaker. Saya sekarang sudah punya accociate sendiri untuk mengeducate para agen. Visi saya, dengan menjadi agen profesional, kita juga bisa punya bisnis sendiri. Ssalah satunya adalah sebagai public speaker. Secara finansial, saya tidak ingin punya masalah keuangan. Alhamdulilah, kami sudah lewati masa-masa kritis tersebut. Saya juga ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa profesi agen asuransi itu bukan profesi yang dipandang sebelah mata. Saya bangga sebagai agen profesional, karena saya bisa diterima di kalangan mana pun. Kalau kita profesional, hasil jerih payah kita itu ada harganya.

Saran saya kepada agen baru adalah disiplin
. Milikilah disiplin kerja yang tinggi, karena pekerjaan kita hari ini tidak langsung berbuah. Kalau mandeg, maka untuk memulai usaha lagi sulit. Disiplin diri, membangun performance diri, membangun motivasi diri, dan tularkan antusias kita kepada mereka, yang selama ini belum mengerti asuransi. Belajarlah pada mereka yang sudah sukses.*

Senin, 19 Oktober 2015

Tentang Agen Asuransi... Artikel ini pasti tidak menarik blassss !

Jadi agen asuransi atau istilah kerennya "financial consultant", kenapa tidak? masih ragu dan malu?

Semangat pagi temans….
Share dari cerita seorang teman :

Malu sebagai agen asuransi
Suatu hari ketika saya hendak merekrut seorang teman saya untuk menjadi agen asuransi, teman saya berkata kepada saya
“saya malu menjadi agen asuransi, saya melihat agen asuransi sering ditolak dan tidak dihargai ketika mereka datang ke kantor saya, teman2 saya juga tidak suka dengan agen asuransi, saya takut nanti teman2 saya  akan menjauhi saya.”
Saya tersenyum dan menatap matanya dalam2 dan berkata;
“Menurut kamu apa sih pekerjaan agen asuransi itu?” Tanya saya
“Orang yg menawarkan asuransi, yg mencari nasabah!” Jawab teman saya.
“Lalu jeleknya dimana? Malunya dimana?” Tanya saya kembali.
“Ya malu aja” jawabnya singkat.
Lalu saya berkata “Coba kamu bayangkan…
Ketika kamu sakit, siapa diantara teman2mu yang akan datang membayar tagihan rumah sakitmu?
Ketika sakitmu menjadi parah adakah temanmu yg dengan pasti akan membiayai pengobatanmu?
Ketika kamu terpaksa meninggal dunia di usia dini siapa temanmu yg akan membawa sejumlah uang untuk keluargamu dan memastikan orang2 yang kamu cintai tetap terpelihara?
Ketika kamu tua, adakah teman2mu menyediakan sejumlah uang untukmu untuk kamu melanjutkan hari tua dengan berkecukupan?”
Ketika gajimu tidak naik2, adakah temanmu yg mau menambahkan uang belanjamu?
Ketika nanti anak2mu butuh biaya untuk kuliah, apakah teman2mu mau membiayainya?
Apakah teman2mu menjamin masa depan hidupmu?
“TIDAK ADA” jawab teman saya.
Agen asuransi itu bukan sekedar menawarkan asuransi, agen asuransi adalah seorang yang memberikan penjelasan apa fungsi asuransi, apa saja manfaatnya,
agen asuransilah satu2nya pekerjaan yang membantu nasabahnya mempersiapkan segala rencana keuangan keluarga baik pencari nafkah masih sehat, ketika sakit bahkan ketika sudah tiada, agen asuransi hadir sebagai sahabat, bukan sebagai penjual asuransi.

Agen asuransi adalah pekerjaan yg mulia.

Selasa, 04 Agustus 2015

Tidak Ada Cerita Panik Saat Anak Masuk Sekolah

Kebutuhan dana pendidikan anak sebaiknya jauh-jauh hari sudah dipikirkan. Apalagi urusan satu ini sifatnya keniscayaan.

Jangan sampai kejadian ketika saat itu tiba di mana anak susah masuk usia sekolah baru ribut mencari dana tunai cepat. Pasalnya, masa pendaftaran masuk sekolah ada batas waktunya.

Atas dasar itulah, orangtua memposisikan kebutuhan dana pendidikan anak sebagai salah satu tujuan keuangan.

Belum lagi besaran dana pendidikan makin hari makin besar lantaran terbentur tingkat inflasi. Makin tinggi inflasi maka makin tinggi pula dana pendidikan yang mesti disiapkan.

Situasi inilah yang menjadi tantangan orangtua. Berbagai keputusan orangtua tentang dana pendidikan anak sangat berpengaruh bagi masa depannya.

Sudah jamak diketahui, mendaftarkan anak ke sekolah favorit dan berkualitas butuh modal besar. Dari jutaan sampai puluhan juta rupiah.

Sejak awal, orangtua sebaiknya memiliki kesadaran akan pentingnya mengelola dana pendidikan anak sejak dini.

Artinya, dana pendidikan anak disiapkan jauh-jauh hari sebelum anak mencapai usia sekolah. Bahkan banyak pihak yang menganjurkan dana pendidikan anak sudah dipikirkan saat si buah hati masih dalam kandungan. Keputusan ini akan meringankan dan tak membuat berat keuangan keluarga.

Langkah pertama tentunya dengan menghitung jangka Tips: For Successful Livingwaktunya. Katakanlah anak saat ini masih berusia setahun, berarti enam tahun ke depan dia sudah duduk di bangku SD.

Kemudian asumsikan berapa besar kebutuhan dana pendidikan anak. Carilah informasi dari sekolah tentang biaya-biaya sekolah saat ini dan estimasikan berapa kenaikannya di saat anak masuk usia sekolah.

Lalu putuskan instrumen yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bisa lewat tabungan pendidikan dengan jangka waktu disesuaikan saat anak masuk sekolah, asuransi pendidikan, menabung emas, atau bisa pula deposito.

Pilihlah instrumen berdasarkan jangka waktu yang dibutuhkan. Hitung dengan cermat berapa target keuangan yang hendak dicapai.

Misalnya saja tabungan pendidikan. Biasanya tabungan pendidikan ini seperti tabungan berjangka yang hanya cair saat waktunya tiba. [Baca: Kenapa Orangtua Lebih Memilih Tabungan pendidikan]

Besaran tabungan tiap bulan disesuaikan dengan berapa besar dana yang dibutuhkan di kemudian hari. Jadi, tabungan pendidikan akan ‘memaksa’ orangtua disiplin menabung.

Mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini merupakan langkah bijak ketimbang harus pusing di hari H anak masuk sekolah. Tak perlu lagi mengalami kesulitan mencari dana tunai cepat untuk biaya anak sekolah. Lantaran dana pendidikan anak sudah disiapkan, tak perlu lagi memilih opsi mencari pinjaman dana ke berbagai pihak.

Source: duitpintar.com

Senin, 03 Agustus 2015

Kiat Menjadi Investor Cerdas

Karakteristik masyarakat di Indonesia dalam melakukan investasi yaitu mengejar return tinggi tanpa tahu risiko. Hal ini disampaikan Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Kusumaningtuti S. Soetiono di Jakarta pada pertengahan April lalu.
“Selain itu, indeks literasi (literation index) di Indonesia juga masih rendah yaitu 21,8% per 2013 sehingga mudah terpikat tawaran ilegal. Jika ada investasi yang menggiurkan harus cek dulu ke OJK apakah legal atau ilegal,” ujar Kusumaningtuti.
Hal yang serupa juga diungkapkan Senior Vice President Intermediary Business Schroder Investment Management Indonesia Bonny Iriawan.
“Orang cenderung mengabaikan risiko dan mengejar return.  Sebenarnya setiap orang memiliki profil risiko dalam berinvestasi dan tujuannya dalam berinvestasi baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Sangat penting memahami risk profil dan tujuan investasi ini,” ujar Bonny.  
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Samsul Hidayat mengatakan seorang investor harus membaca laporan keuangan dan harus memahami fundamental faktor.
 “Penyebab investor tidak bertambah karena tidak semua orang mengerti laporan keuangan dan bisa membaca neraca perdagangan.  Padahal itu faktor utama yang harus dipahami terlebih dahulu jika tidak mau disebut investor ikut-ikutan,” ujar Samsul.
Samsul menjelaskan regulator atau otoritas memiliki konsep untuk melindungi investor namun risiko investasi adalah risiko investor bukan risiko regulator. Regulator memastikan harga yang terjadi wajar, efisien, dan terbuka. 
Terkait masalah investasi bodong, para investor harus-hati-hati dan jangan sampai berinvestasi yang tidak jelas.
“Jika satu-satunya keputusan dalam berinvestasi hanya keuntungan maka akan salah. Berinvestasi itu konsepnya harus mengerti dan memahami kemana berinvestasi. Masalah investasi bodong itu area psikologis yang dimainkan dan merusak logis investasi,” ujarnya.
Samsul menambahkan di Indonesia tingkat pemahaman instrumen keuangan belum tinggi sehingga psikologis masyarakat Indonesia yang dimainkan. 
“Berisiko karena orangnya tidak mengerti bukan instrumennya, jadi harus diperhatikan siapa orangnya, skema investasinya risiko sendiri,”ujarnya.

Sumber : Bisnis.com & OJK

Jangan Asal Beli Asuransi! Ini Cara Memilihnya


Asuransi akan melindungi seseorang dari berbagai risiko. Mereka yang baru menjadi orang tua memerlukan jenis-jenis asuransi tertentu untuk melindungi keluarga yang baru dibangun, salah satunya adalah asuransi jiwa. 
Perencana keuangan dari One Shildt Financial Planning Pandji Harsanto mengingatkan agar tidak asal-asalan dalam membeli asuransi jiwa.
“Hitung terlebih dahulu berapa uang pertanggungan yang dibutuhkan,” katanya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.  
Uang pertanggungan (UP) ini adalah besarnya uang yang akan diterima ketika risiko kematian terjadi. Selain itu hitung pula berapa jangka waktu yang dibutuhkan. 
Contohnya, keluarga baru dengan penghasilan Rp10 juta per bulan punya asuransi jiwa dengan UP hanya Rp100 juta. Berarti jika ada risiko kematian pencari nafkah, asuransi jiwa hanya bisa mengganti penghasilan selama 10 bulan. 
Nah, idealnya dengan penghasilan Rp10 juta per bulan memerlukan asuransi jiwa dengan UP yang jumlahnya lebih besar. UP sebaiknya dapat menggantikan penghasilan pencari nafkah untuk jangka waktu hingga si anak mapan yaitu usia 23 tahun.
Selain  asuransi jiwa, orang tua baru juga membutuhkan asuransi kesehatan. Dia mengingatkan masyarakat Indonesia bisa menikmati asuransi kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Tak ada salahnya juga memiliki tambahan asuransi kesehatan dari perusahaan swasta yang bisa memberikan layanan lebih.
"Dengan adanya BPJS Kesehatan, kesehatan seluruh anggota keluarga sudah terlindungi," katanya.
Orang tua baru juga bisa membeli asuransi penyakit kritis dengan besarnya UP minimal 24 kali dari penghasilan bulanan. Dia juga menyarankan untuk memiliki asuransi cacat tetap total dengan UP sebesar 200 kali penghasilan bulanan atau sama dengan kebutuhan UP asuransi jiwa

Sumber : Bisnis.com

Seorang Tentara & Bankir - YUKKK !

Tempo hari saat makan mie ayam di samping dinas kota Surabaya saya berkenalan dengan seorang bintara tentara,sebut saja Makmum, dia cerita sudah tugas diberbagai tempat di Indonesia, sungguh luar biasa suka duka yg dialaminya Pak Tentara Makmum ini, bagaimana beratnya tugas diberbagai medan namun masih mampu tetap melihat ada hal-hal & tempat indah. Disisi lain harus meninggalkan keluarga untuk mengabdi kepada negara.

Sampai pada suatu cerita, Pak Makmum menyadari dengan anaknya yg masih kelas 3 SD saat nanti masuk kuliah 11 tahun lagi. Beliau berkata , " Saat ini usia saya 46 tahun, berarti saat anak saya besok masuk kuliah saya hampir pensiun. Belum adiknya yg masih TK ".....ucap dia sambil terlihat galau.

Saya bertanya, "Pak Makmum, apa yg menjadi beban pikiran sampeyan?
Beliau menjawab, " Ya itu mas, saya selama ini asyik menikmati tugas saya keliling Indonesia, sampai saya lupa nanti biaya sekolah anak-anak saya darimana, sampai saat ini saya masih belum ada dana yg bisa saya tabung, lanjut Pak Makmum." 

Ok, sejenak kita tinggalkan Pak Tentara Makmum. 
Kembali ke kantor saya ketemu teman bankir saya, sebut saja namanya Sri, ngobrol-ngobrol tentang anaknya yang baru masuk SMA...... 
Si  Mbak Sri ini bicara, "Waduh anakku memang mampu secara akademis, dan dia pengin masuk kuliah di Kedokteran UGM !" 
" Ya Bagus Mbak Sri, " kan masuk melalui jalur prestasi artinya bebas biaya masuk dan apalagi di UGM", respon saya sepontan. 
"Iya mas, yg jadi pikiran saya adalah biaya untuk hidup sehari-hari, praktek dan peralatan kedokterannya itu lho, paling nggak saya perlu sedia 300an juta minimal 4 tahun kedepan....sementara saat ini saya belum siap dana,karena masih banyak kebutuhan angsuran rumah, kebutuhan SPP bulanan untuk 3 anak, jajan anak, biaya hidup sehari2 dll ", tukas Mbak Sri. 

Dari ngobrol-ngobrol dengan dua orang itu, ada satu pertanyaan yang sama yang saya lontarkan kepada mereka berdua, "Bagaimana dulu komitmen dengan pasangan saat bicara tentang "Mempersiapkan masa depan bagi sekolah anak-anak dan menikmati masa pensiun dengan baik?" Kesamaan jawaban yang didapat "Ya sudah bagaimana nanti saja !", 

Dari jawaban tersebut menyiratkan demikian , bahwa masa depan yang tidak pasti ( karena tidak tahu seperti apa) akan dihadapi dengan "Bagaimana Nanti ( "Pasrah"),...... bukan "Nanti Bagaimana ("Optimis"). 

Kalau Anda setuju dengan saya , atas cara pandang kedua hal diatas, ternyata masih ada orang menyikapi masa depan dengan "Bagaimana Nanti" dalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Boleh saya katakan "pasrah" dalam artian "Sudahlah seperti apa besok kita hadapi saja......!"

Sementara disisi lain ada alternatif cara berfikir “Nanti Bagaimana” alias berinisiatif, "Eh masa depan yang tidak pasti tentang kelanjutan sekolah anak & mengisi masa pensiun, kita persiapkan dengan cara ini yuk !

Menurut Anda mana yang lebih baik yang Anda pilih ? 

Anda bisa lihat, yang seorang bankir yg relatif pendapatannya jauh lebih tinggi masih belum yakin dalam menghadapi masa depan, apalagi yang mungkin pendapatannya dibawahnya.

Tapi saya kadang geli kalau ketemu orang yang mengatakan demikian....Hidup kan sudah diatur sama Gusti Allah... kita nggak perlu kuatir tentang masa depan....!” 
Lha pertanyaannya, emang Gusti Allah akan memberikan rejeki /kebahagiaan kalau manusianya hanya maunya berdoa dan pasrah saja tanpa disertai upaya....? 

Bukankah merencanakan dan mulai melakukan sekarang kan termasuk upaya mempersiapkan masa depan yang lebih baik.... 

Kira-kira menurut Anda...Gusti Allah akan lebih mengabulkan yang mana... manusia yang hanya berdoa saja tanpa ada upaya atau...... berdoa dengan berupaya keras ? 

Baiklah kembali ke laptop... 
Beberapa yg perlu kita cermati dan harus memilih cara mempersiapkan masa depan sekolah anak dan pensiun diri sendiri. Ada beberapa cara pemikiran sederhana dan jamak yang dilakukan.....begini nih, 

Yang pertama, Ok saya akan beli rumah dengan angsuran kemudian akan saya jadikan kos-kosan, nanti hasilnya untuk pensiun dan biaya sekolah anak. 
Tidak salah alternatif ini, bisa dipakai karena memang bagus untuk investasi masa depan. Baiknya pertimbangkan besar dan lama angsuran rumah & biaya-biaya perbaikan serta berapa lama akan Break Event Point alias BEP.
Kemudian pertimbangkan juga, apakah jika ada kebutuhan mendadak dalam jumlah besar apakah bisa jadi uang secepatnya, jika Anda secara financial saat ini dan minimal 10 tahun kedepan masih kuat is no problem.... jika tidak ? " Ayo pertimbangkan masak-masak !" 

"Wah kalau gitu, saya akan deposito saja ! ", ".....kan, bunganya tinggi & aman, bunga bisa diambil setiap bulan besok untuk pensiun saya dan pasangan saya ! Hehehee, sebentar dulu...bunga bank berapa sekarang, taruh kata kisaran 7,25 %/tahun ( untuk saldo yang jumlahnya "M" tentunya)....terus inflasi pertahun berapa? rata-rata 5-6 % bayangkan... Artinya nilai uang Anda hanya berkembang pertahun sebesar 1,25 % , coba anda bagi 12 bulan jadi berapa hasilnya ? Cukup nggak kira-kira untuk menjamin masa depan sekolah anak dan pensiun ketika Anda menghadapi biaya-biaya yang semakin naik karena inflasi setiap tahun !

 Deposito bagus, sepanjang fokus rencananya digunakan untuk kebutuhan 1 s/d 2 tahun kedepan, besaran hasil pengembangan dananya masih terasa. 

Masalahnya sekarang adalah "Apakah uang yang jumlahnya "M" itu sudah ada..?"
Hehehehe ....cek Rekening dan uang dibawah kasur yuk ". 

Terus bagaimana yah,
Alternatif asuransi unit link bisa di coba, kenapa disebut asuransi unit link, karena memungkinkan para orang tua dapat berinvestasi untuk pensiun sekaligus mendapatkan manfaat jaminan fasilitas kesehatan, fasilitas apabila orang tuanya meninggal dalam masa pembayaran premi maka akan dilanjutkan oleh pihak insurance, dan si Anak akan mendapatkan dana pendidikan setiap tahun s.d usia 22 tahun , dan kalau anak harus masuk rumah sakit sudah ada pihak asuransi yang meng-cover biayany.
cek link info tambahan berikut: http://setyawanroses.blogspot.co.id/2015/11/saatnya-bagi-orang-tua-untuk-mengatakan.html

Sehingga ketidakpastian pendidikan anak di masa depan sudah direncanakan kepastiannya karena ada dana dan resiko ketidakmampuan orang tua ( katakanlah meninggal/cacat tidak mampu bekerja) masa depan sekolah sudah ada gambaran kepastian ( tetap dengan kehendak Yang Diatas).

Terus bagaimana dong dengan pengembangan dananya apa iya nggak tergerus inflasi seperti deposito tadi.... 
Begini, arahan dana Anda yang di tabung setiap bulan atau jika menaruh dana sekaligus seperti deposito maka arahan investasi nya akan dibawa ke pasar uang atau reksa dana atau sebagai investasi modal kerja jangka panjang dimana dana ini digunakan untuk kegiatan produksi perusahaan-perusahaan ( yg tentunya kredibiltasnya bagus dong ) yang rata-rata keuntungannya setiap tahun 24 %.
Anda sebagai pemilik polis asuransi unit link akan mendapatkan bagi hasil pengembangan dana sebesar rata rata 12-15 % mantap kan...! 
Coba Anda hitung berapa pengembangan bersih dana Anda sekalipun dikurangi dengan inflasi pertahun yang rata-rata 5-6 % tadi... 
Hehehehehe,... dana Anda masih berkembang 7-9 % setiap tahun bukan...udah nggak mikirin inflasi, biaya sekolah anak dan dan banyak hal yang Anda kuatirkan tadi. 

So disarankan, Mari kelola dana kita dengan optimal, kita butuh investasi rumah untuk usaha untuk menambah income kita saat ini, Deposito juga tetap ada untuk kebutuhan-kebutuhan jangka pendek dan tentunya kepastian masa depan keuangan kita dengan memastikan kepesertaan kita diasuransi unit link. 

Jika hal ini bermanfaat mari kita segera lakukan mana-mana saja yang belum...
 "Kita pastikan masa depan yang tidak pasti dengan merencanakan dan memulai dari sekarang !"

Silahkan jika ada rencana-rencana yang akan dilakukan untuk masa depan maupun sekedar diskusi, dapat menghubungi penulis di :

SETYAWAN
Phone / WA : 08122789402
Email : setyawanroses@gmail.com
Tweeter : @setyawanroses

Note :
"Kisah nyata percakapan tokoh-tokoh diatas tidak ada tendensi untuk melecehkan profesi apapun, hanya sekedar menyoroti inilah realita yg sering dihadapi oleh masyarakat kita dengan ragam profesi apapun"

Selasa, 27 Januari 2015

KETIKA MARAH DENGAN ISTRIMU....



KETIKA MARAH DENGAN ISTRIMU, PANDANGI DIA KETIKA TIDUR 

“Assalaamu’alaikum…!” Ucapnya lirih saat memasuki rumah.

Tak ada orang yang menjawab salamnya. Ia tahu istri dan anak-anaknya pasti sudah tidur. Biar malaikat yang menjawab salamku,” begitu pikirnya. Melewati ruang tamu yang temaram, dia menuju ruang kerjanya. Diletakkannya tas, ponsel dan kunci-kunci di meja kerja. Setelah itu, barulah ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Sejauh ini, tidak ada satu orang pun anggota keluarga yang terbangun. Rupanya semua tertidur pulas. Segera ia beranjak menuju kamar tidur. Pelan-pelan dibukanya pintu kamar, ia tidak ingin mengganggu tidur istrinya.







Benar saja istrinya tidak terbangun, tidak menyadari kehadirannya. Kemudian Amin duduk di pinggir tempat tidur. Dipandanginya dalam-dalam wajah Aminah, istrinya. Amin segera teringat perkataan almarhum kakeknya, dulu sebelum dia menikah. Kakeknya mengatakan, Jika kamu sudah menikah nanti, jangan berharap kamu punya istri yang sama persis dengan maumu.

Karena kamupun juga tidak sama persis dengan maunya.

Jangan pula berharap mempunyai istri yang punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yang berbeda.

Bukan untuk disamakan tapi untuk saling melengkapi.

Jika suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tidak enak yang lainnya, maka lihatlah ketika istrimu tidur….

“Kenapa Kek, kok waktu dia tidur?” tanya Amin kala itu.

“Nanti kamu akan tahu sendiri,” jawab kakeknya singkat.



Waktu itu, Amin tidak sepenuhnya memahami maksud kakeknya, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut, karena kakeknya sudah mengisyaratkan untuk membuktikannya sendiri.



Malam ini, ia baru mulai memahaminya. Malam ini, ia menatap wajah istrinya lekat-lekat. Semakin lama dipandangi wajah istrinya, semakin membuncah perasaan di dadanya. Wajah polos istrinya saat tidur benar-benar membuatnya terkesima. Raut muka tanpa polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepura-puraan, tanpa dibuat-buat. Pancaran tulus dari kalbu. Memandaginya menyeruakkan berbagai macam perasaan.

Ada rasa sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata. Dalam batin, dia bergumam,



“Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis yang leluasa beraktifitas, banyak hal yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu. Aku yang menjadikanmu seorang istri. Menambahkan kewajiban yang tidak sedikit. Memberikanmu banyak batasan, mengaturmu dengan banyak aturan. Dan aku pula yang menjadikanmu seorang ibu. Menimpakan tanggung jawab yang tidak ringan. Mengambil hampir semua waktumu untuk aku dan anak-anakku.



Wahai istriku, engkau yang dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban, aku yang memberikan beban di tanganmu, dipundakmu, untuk mengurus keperluanku, guna merawat anak-anakku, juga memelihara rumahku. Kau relakan waktu dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan keperluanku. Kau ikhlaskan rahimmu untuk mengandung anak-anakku, kau tanggalkan segala atributmu untuk menjadi pengasuh anak-anakku, kau buang egomu untuk menaatiku, kau campakkan perasaanmu untuk mematuhiku.



Wahai istriku, dikala susah, kau setia mendampingiku. Ketika sulit, kau tegar di sampingku. Saat sedih, kau pelipur laraku. Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku. Bila gundah, kau penyejuk hatiku. Kala bimbang, kau penguat tekadku. Jika lupa, kau yang mengingatkanku. Ketika salah, kau yang menasehatiku.



Wahai istriku, telah sekian lama engkau mendampingiku, kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai laki-laki. Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu?

Dengan alasan apa aku perlu marah padamu?

Andai kau punya kesalahan atau kekurangan, semuanya itu tidak cukup bagiku untuk membuatmu menitikkan airmata. Akulah yang harus membimbingmu. Aku adalah imammu, jika kau melakukan kesalahan, akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu mengarahkanmu. Jika ada kekurangan pada dirimu, itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah. Karena kau insan, bukan malaikat.



Maafkan aku istriku, kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan. Mari kita bersama-sama untuk membawa bahtera rumahtangga ini hingga berlabuh di pantai nan indah, dengan hamparan keridhoan Allah swt. Segala puji hanya untuk Allah swt yang telah memberikanmu sebagai jodohku.”



Tanpa terasa airmata Amin menetes deras di kedua pipinya. Dadanya terasa sesak menahan isak tangis. Segera ia berbaring di sisi istrinya pelan-pelan. Tak lama kemudian iapun terlelap.



***

Jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali. Aminah, istri Amin, terperanjat “Astaghfirullaah, sudah jam dua?”

Dilihatnya sang suami telah pulas di sampingnya. Pelan-pelan ia duduk, sambil memandangi wajah sang suami yang tampak kelelahan. “Kasihan suamiku, aku tidak tahu kedatangannya. Hari ini aku benar-benar capek, sampai-sampai nggak mendengar apa-apa. Sudah makan apa belum ya dia?” gumamnya dalam hati.



Mau dibangunkan nggak tega, akhirnya cuma dipandangi saja. Semakin lama dipandang, semakin terasa getar di dadanya. Perasaan yang campur aduk, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya hatinya yang bicara.



“Wahai suamiku, aku telah memilihmu untuk menjadi imamku. Aku telah yakin bahwa engkaulah yang terbaik untuk menjadi bapak dari anak-anakku. Begitu besar harapan kusandarkan padamu. Begitu banyak tanggungjawab kupikulkan di pundakmu.



“Wahai suamiku, ketika aku sendiri kau datang menghampiriku. Saat aku lemah, kau ulurkan tanganmu menuntunku. Dalam duka, kau sediakan dadamu untuk merengkuhku. Dengan segala kemampuanmu, kau selalu ingin melindungiku.



“Wahai suamiku, tidak kenal lelah kau berusaha membahagiakanku. Tidak kenal waktu kau tuntaskan tugasmu. Sulit dan beratnya mencari nafkah yang halal tidak menyurutkan langkahmu. Bahkan sering kau lupa memperhatikan dirimu sendiri, demi aku dan anak-anak.



“Lalu, atas dasar apa aku tidak berterimakasih padamu, dengan alasan apa aku tidak berbakti padamu? Seberapapun materi yang kau berikan, itu hasil perjuanganmu, buah dari jihadmu. Jika kau belum sepandai da’i dalam menasehatiku, tapi kesungguhanmu beramal shaleh membanggakanku. Tekadmu untuk mengajakku dan anak-anak istiqomah di jalan Allah membahagiakanku.



“Maafkan aku wahai suamiku, akupun akan memaafkan kesalahanmu. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah mengirimmu menjadi imamku. Aku akan taat padamu untuk mentaati Allah swt. Aku akan patuh kepadamu untuk menjemput ridho-Nya..”



Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota’ayun waj’alna lil muttaqiina imaamaa.


sources :  by Fatah Al Fajitani - Jan 4, 2015




Mengenai Saya, silahkan Klik: https://www.linkedin.com/pub/setyawan-roses/44/583/bba

Foto saya
Peduli & Concern Tentang Sales - Saving & Personal Financial Planning