Senin, 03 Agustus 2015

Kiat Menjadi Investor Cerdas

Karakteristik masyarakat di Indonesia dalam melakukan investasi yaitu mengejar return tinggi tanpa tahu risiko. Hal ini disampaikan Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Kusumaningtuti S. Soetiono di Jakarta pada pertengahan April lalu.
“Selain itu, indeks literasi (literation index) di Indonesia juga masih rendah yaitu 21,8% per 2013 sehingga mudah terpikat tawaran ilegal. Jika ada investasi yang menggiurkan harus cek dulu ke OJK apakah legal atau ilegal,” ujar Kusumaningtuti.
Hal yang serupa juga diungkapkan Senior Vice President Intermediary Business Schroder Investment Management Indonesia Bonny Iriawan.
“Orang cenderung mengabaikan risiko dan mengejar return.  Sebenarnya setiap orang memiliki profil risiko dalam berinvestasi dan tujuannya dalam berinvestasi baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Sangat penting memahami risk profil dan tujuan investasi ini,” ujar Bonny.  
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Samsul Hidayat mengatakan seorang investor harus membaca laporan keuangan dan harus memahami fundamental faktor.
 “Penyebab investor tidak bertambah karena tidak semua orang mengerti laporan keuangan dan bisa membaca neraca perdagangan.  Padahal itu faktor utama yang harus dipahami terlebih dahulu jika tidak mau disebut investor ikut-ikutan,” ujar Samsul.
Samsul menjelaskan regulator atau otoritas memiliki konsep untuk melindungi investor namun risiko investasi adalah risiko investor bukan risiko regulator. Regulator memastikan harga yang terjadi wajar, efisien, dan terbuka. 
Terkait masalah investasi bodong, para investor harus-hati-hati dan jangan sampai berinvestasi yang tidak jelas.
“Jika satu-satunya keputusan dalam berinvestasi hanya keuntungan maka akan salah. Berinvestasi itu konsepnya harus mengerti dan memahami kemana berinvestasi. Masalah investasi bodong itu area psikologis yang dimainkan dan merusak logis investasi,” ujarnya.
Samsul menambahkan di Indonesia tingkat pemahaman instrumen keuangan belum tinggi sehingga psikologis masyarakat Indonesia yang dimainkan. 
“Berisiko karena orangnya tidak mengerti bukan instrumennya, jadi harus diperhatikan siapa orangnya, skema investasinya risiko sendiri,”ujarnya.

Sumber : Bisnis.com & OJK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya, silahkan Klik: https://www.linkedin.com/pub/setyawan-roses/44/583/bba

Foto saya
Peduli & Concern Tentang Sales - Saving & Personal Financial Planning