Karakteristik masyarakat di Indonesia dalam melakukan investasi yaitu
mengejar return tinggi tanpa tahu risiko. Hal ini disampaikan Anggota
Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK
Kusumaningtuti S. Soetiono di Jakarta pada pertengahan April lalu.
“Selain
itu, indeks literasi (literation index) di Indonesia juga masih rendah
yaitu 21,8% per 2013 sehingga mudah terpikat tawaran ilegal. Jika ada
investasi yang menggiurkan harus cek dulu ke OJK apakah legal atau
ilegal,” ujar Kusumaningtuti.
Hal yang serupa juga diungkapkan
Senior Vice President Intermediary Business Schroder Investment
Management Indonesia Bonny Iriawan.
“Orang cenderung mengabaikan
risiko dan mengejar return. Sebenarnya setiap orang memiliki profil
risiko dalam berinvestasi dan tujuannya dalam berinvestasi baik itu
jangka pendek maupun jangka panjang. Sangat penting memahami risk profil
dan tujuan investasi ini,” ujar Bonny.
Direktur Perdagangan dan
Pengaturan Anggota Bursa Samsul Hidayat mengatakan seorang investor
harus membaca laporan keuangan dan harus memahami fundamental faktor.
“Penyebab
investor tidak bertambah karena tidak semua orang mengerti laporan
keuangan dan bisa membaca neraca perdagangan. Padahal itu faktor utama
yang harus dipahami terlebih dahulu jika tidak mau disebut investor
ikut-ikutan,” ujar Samsul.
Samsul menjelaskan regulator atau
otoritas memiliki konsep untuk melindungi investor namun risiko
investasi adalah risiko investor bukan risiko regulator. Regulator
memastikan harga yang terjadi wajar, efisien, dan terbuka.
Terkait masalah investasi bodong, para investor harus-hati-hati dan jangan sampai berinvestasi yang tidak jelas.
“Jika
satu-satunya keputusan dalam berinvestasi hanya keuntungan maka akan
salah. Berinvestasi itu konsepnya harus mengerti dan memahami kemana
berinvestasi. Masalah investasi bodong itu area psikologis yang
dimainkan dan merusak logis investasi,” ujarnya.
Samsul
menambahkan di Indonesia tingkat pemahaman instrumen keuangan belum
tinggi sehingga psikologis masyarakat Indonesia yang dimainkan.
“Berisiko
karena orangnya tidak mengerti bukan instrumennya, jadi harus
diperhatikan siapa orangnya, skema investasinya risiko sendiri,”ujarnya.
Sumber : Bisnis.com & OJK
Senin, 03 Agustus 2015
Kiat Menjadi Investor Cerdas
Peduli & Concern Tentang Sales - Saving & Personal Financial Planning
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya, silahkan Klik: https://www.linkedin.com/pub/setyawan-roses/44/583/bba
- Setyawan Roses
- Peduli & Concern Tentang Sales - Saving & Personal Financial Planning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar