Beberapa bulan lalu, saya sempat merasa ngedown karena lelah bekerja. Apalagi saat saya harus menjalani perawatan serta operasi usus buntu, rasanya badan saya seolah menyerah. Saya pernah diposisi menyerah dan memilih untuk liburan di sela – sela masa istirahat saya. Selama masa liburan itu lah saya beberapa kali membaca buku – buku biografi tentang kesuksesan seseorang. Biasanya, setelah membacanya saya akan jadi termotivasi lagi dan kembali semangat menjalani aktivitas saya sebagai wanita kantoran. Tapi akhir – akhir ini, saya sering merasa kelelahan membaca biografi atau buku tentang kisah sukses namun cara penyampaiannya terlalu berat. Saya butuh bacaan yang ringan tapi penuh dengan cerita yang membuat saya kembali semangat. Saya butuh penyemangat baru!
Lalu seorang teman mengabarkan bahwa
kakak temannya mengeluarkan sebuah buku. “Dari Gerobak Jadi Alphard”,
begitu judulnya. Saya jadi langsung penasaran sekaligus bersemangat.
Apalagi saat saya diberitahu bahwa buku ini mengangkat kisah nyata Mas
Arie Gaspol, penulisnya, yang menceritakan tentang suka duka
kehidupannya. Mulai dari jualan es di gerobak hingga punya mobil mewah
sekelas Alphard. Saya langsung menghela napas sekaligus geleng – geleng
kepala, kok bisa ya? Rasa penasaran saya akhirnya terbayar lunas saat
saya dikirimi bukunya.
SINOPSIS
“Ini bukan fiksi. Ini adalah kisah nyata
yang dahsyat dari seorang yang benar – benar tangguh dan pantang
menyerah. Melalui cerita panjang perjalanan hidupnya, banyak pelajaran
menarik dan menggetarkan yang layak Anda simak dan petik. Dan, hal hebat
yang perlu Anda ketahui adalah dengan membaca buku ini Anda akan
terangsang untuk siap menjalani hidup ke arah yang lebih baik dan lebih
sukses lagi, lagi, dan lagi!”
REVIEW
Saat sekilas melihat cover bukunya, saya
sempat bertanya – tanya, ini beneran buku pengalaman hidup orang sukses?
Kesannya sampulnya yang sederhana membuat saya mengira ini hanya buku
fiksi atau cerita catatan hidup sederhana yang agak berlebihan dengan
judulnya. Apa benar hanya kerja sebagai agen asuransi lalu si penulis
bisa membeli mobil mewah yang harganya bikin geleng – geleng kepala itu?
Memang, di awal cerita, Mas Arie nggak
melebih – lebihkan keadaannya. Cerita mengalir begitu saja membuat saya
menikmati kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf hingga lembar
demi lembar. Cerita tentang masa kecil Mas Arie yang penuh tanda tanya
nggak dijelaskan dengan drama, tapi sesuai dengan pemikiran anak
seusianya saat itu. Saya pun sempat meneteskan air mata saat Ibu kandung
Mas Arie bertemu dengannya. Ups, spoiler dimulai. Tapi itu kenyataan,
ada rasa haru saat saya membacanya.
Dan yang paling bikin dada saya sesak
adalah saat Arie harus melalui masa kecilnya dengan usaha, usaha,
berdoa, berdoa lalu usaha lagi. Seluruh keringat, pikiran serta kerja
kerasnya dicurahkan untuk mengubah masa depannya. Bukan semata karena
hanya mencari uang – ya walaupun memang itu tujuan untuk bertahan hidup –
tapi karena Arie kecil memang ingin mengubah hidup dan dunianya.
“Aku yakin aku bisa mengubah hidupku menjadi lebih baik di kota ini…
Bukankah tak ada hasil yang sia – sia dari kata kerja keras itu
Waktulah yang akan menentukannya…”
Dan saya kembali sesenggukkan – maaf
kalau lebay, saya hanya nggak habis pikir – saat Arie remaja harus
merantau ke daerah orang, mengajar dan bekerja tanpa dibayar. Sebenarnya
uang bayarannya dipakai untuk bayar sekolah di kota orang. Lalu ia
berjuang sendiri sambil menahan kangen pada kedua orang tuanya karena
hidup di kota yang berbeda. Sebuah pengalaman yang sampai detik ini
belum saya rasakan, karena saya memang belum sanggup menjalaninya. Dan
semua usaha dilakukan agar membahagiakan keluarganya, terutama membuat
Ibu dan Ayahnya bangga. Bahwa anak dari seorang yang tak mampu tapi
berhasil lulus dari sekolah kejuruan dan siap untuk mengadu nasib di
rantauan. Lalu saya jadi tersadar, malu dengan diri sendiri yang masih
lalai dalam bekerja, masih ogah – ogahan mencari ilmu, dan masih nggak
sungkan meminta pada orang tua.
Di lembar – lembar terakhir, Arie dewasa
menjadi pribadi yang tangguh. Ia terus hidup dalam tekanan kebutuhan
uang demi menyambung nyawa – dan juga untuk pengobatan ibunya. Ya,
dibagian akhir cerita ternyata ada kenyataan pahit lagi yang harus
diterimanya. Arie dewasa tak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tapi
untuk pengobatan ibunya, lalu untuk masa depannya. Tak sedikit memang
yang meragukan kemampuan pria lulusan SMK bermodal tampang pas – pasan
dan baju lusuhnya. Tapi namanya juga rejeki nggak bakal ketuker yah,
ternyata Arie dewasa menemukan passionnya di usaha asuransi. Usaha yang
akhirnya memberikan ia kemudahan untuk melakukan banyak hal, salah
satunya membayar seluruh pengobatan dan operasinya ibunya yang tidak
murah tentunya.
Seperti kebanyakan buku cerita sukses,
diakhir lembaran pasti ada akhir yang bahagia. Namun saya nggak peduli,
saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan cara Arie kecil berpikir dan
bertindak. Pantas jika Arie dewasa akhirnya bahagia, sukses bersama
orang – orang tersayang. Arie dewasa akhirnya bisa sampai ke level
bingung menghabiskan uang – uangnya. Dan saya pun ikut tersenyum diakhir
lembar buku ini.
Saya yang tadinya lebih suka bermalas –
malasan, sekarang seperti dicambuk. Saya harus berusaha, agar lebih baik
lagi, lagi dan lagi. Ah terima kasih, Arie kecil, Arie remaja dan Arie
dewasa. Saya belajar banyak dari buku ini. Buku yang ringan, membuat
saya tak sadar akhirnya sudah sampai diakhir kata dan ditemani sisa –
sisa aliran air mata di kedua pipi gempal saya. Lalu akhirnya, saya
menanamkan beberapa kalimat yang ditulis di halaman 77.
“Bukankah aku harus mencoba melangkahkan kaki ini…
Ya, berat…
Tetapi, jika tak begitu
Maka aku pun tak pernah bisa membuat kaki ini melangkah…”
Ya, memang selalu ada jalan bagi siapapun
yang berusaha. Bukankah memang sudah begitu seharusnya? Saya mengamini
dan selalu meyakini, selalu ada pelangi indah sehabis hujan badai.
Selalu, walaupun waktunya belum tahu kapan. Saya merekomendasikan buku
ini, bagi siapapun yang butuh hiburan sekaligus saran yang tak
menggurui. Buku ini layak baca bagi mereka yang ingin dimotivasi dan
dalam tahap putus asa. Buku ini layak dimiliki sebagai investasi
pengalaman yang menyenangkan, tapi juga menginspirasi.
Penasaran dengan penulisnya? Bisa loh follow twitter dan instagramnya @arie_gaspol atau like facebookmya. Selamat membaca dan selamat mendapatkan semangat baru!
Judul Buku: Dari Gerobak Jadi Alphard
Penulis: Arie Gaspol
ISBN: 978-602-1669-05-1
Penerbit: DIGNA PUSTAKA
Editor: Agustina Ardhani Saroso
Desain Cover: Alakazam
Layout isi: Fitri
Tanggal Terbit: Agustus 2015
Harga: Rp 65.000
Tebal: 160 halaman
PS: Untuk teman – teman yang ingin membeli buku ini, bisa menghubungi 0815 7413 4490
Buku / Need Insurance / Menjadi agency - Silahkan Kontak ke Setyawan : 08122789402
Tidak ada komentar:
Posting Komentar